Haruskah kita
menyalahkan nurani kita yang telah menghempaskan napas kegelisahan untuk setiap
ketidak acuhan yang telah terpendam sekian lama ? nurani itu diri kita dan kita
tidak dapat berdusta dan membohongi diri kita sendiri.
Mungkin biarkan ia
mengalir dan mengalir, berkelok dan menyimpan keteduhanya yang melelapkan
sampai ia tiada.
Aku berharap
sekarang harapan itu tidak ada dulunya ketika semua berubah menjadi gila dan
mulai menghinoptis bayanganku tentangmu, tapi tidak bisa, semua sudah terjadi.
Ketika setiap
kenangan membawa kita kepada luka, dan mungkin luka itu tidak terlihat diluar
tetapi terlihat di dalam , iyaa didalam hati yang mungkin terasa sampai saat
ini.
Apa kah aku
terlambat untuk mengakhiri semua ini? Lebih baik kita mengakhirinya tanpa
memaksa untuk mengakhirinya, biarlah semua hilang dalam senyap, seperti harapan
itu dulunya tidak pernah ada .
“ berharap datang
untuk dicintai, ketika datang berharap untuk menetap dan ketika aku menetap, aku
hanya bermimpi, aku hanya berdiri didepan untuk tersenyum bersama satu hati
yang kuat tanpa rasa sakit “
0 komentar:
Posting Komentar